
Di lerengnya juga tumbuh lebat berbagai pohon yang mendukung ketersediaan air bersih, maka timbulah masalah, dualism antara pemanfaatan bebatuan marmernya lantas mengorbankan hutannya atau hutan dan pegunungan marmer itu dibiarkan apa adanya sehingga manusia bisa memperoleh air dari sana. Sekali lagi kita dituntut untuk menjadi sosok yang paling arif dimuka bumi! Memanfaatkan yang ada tanpa merugikan disisi lainya. Manusia modern kembali diketuk nurani dan rasa kearifan lokalnya. Jangan lupa bahwa Mollo punya filosofi yang kuat tentang hubungan yang selaras antara manusia dengan alam, tentang ‘rumah’ dimana semua makhluk hidup bisa berkembang dengan selaras tanpa merugikan satu sama lain. Akankah rasa itu masih kuat di hati kita sebagai orang Mollo?
Jogjakarta, 5 April 2009
(foto from http://olinmonteiro.multiply.com/photos/album/35#19, thanks Olin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...