Senin, 23 Maret 2009

kala kelam. kala sinar tenggelam. kala yang adil dinanti!

(terinspirasi oleh KALA the movie, written and directed by joko anwar)


aku membaca cerita tentang sebuah kedatangan besar, yang didahului oleh kekacauan di seantero negeri. kekerasan dan bencana alam dan segala ketidakadilan. tentang perasaanku yang tibatiba galau dan takut. karena aku berada dalam bagian cerita itu. aku bukan sang adil itu, aku juga bukan yang pemaksa dan pembunuh. aku hanyalah manusia yang terlempar pada sebuah situasi kacau, situasi kemunafikan, situasi dimana semua orang yang berkuasa betul-betul bernafsu, menghalalkan segala cara demi kesejahteraan duniawi. aku sedang membaca dan aku tahu bahwa aku ada dalam bagian fragmen gelap ini.

aku kacau kini.

aku gelap kini.

aku lelah sudah. kebodohankah ini? kesalahankah ini? ini hanya sebuah kebetulan yang berarti, bahwa aku digariskan menjadi sang penahu, misteri bagi si pendiam sepertiku. artinya, aku memegang sebuah kunci, katakunci. kata tentang hari depan yang dinanti anakanak negeri (yang sedang carut marut kini, yang sedang menderita kini, yang sedang mati berdiri karena busung lapar, yang kerap menangisi nyawa karena sang pemimpin lebiha asyik menikmati hidupnya, dan rakyatnya ludes terendam lumpur kotor!).

aku masih membaca itu dan terus merasakan nadiku menari disela titiktitik rawan yang sedang dijajaki bayang kelabuku. nadiku sudah melebar hingga darah mudah dan deras mengalir sampai ke otak, sesaat saja untuk mencerna isi misi yang kudapatkan, yang membuatku cemas lalu lemas pulas. dalam sekali. jauh melebihi deretan nyawa-nyawa yang dikorbankan untuk sebuah pencapaian yang semula demi kejayaan negeri tapi dibelokkan oleh manusiamanusia serakah. aku yakin bahwa dibalik nafsu diri, ada banyak kerumunan setan disana, yang terus berbisik dan memanggilmu pulang.

pulang pada hitam.


pada malam.

pada neraka!

aih, aku masih lelap. aku bermimpi. sesaat saja. karena aku sudah tertangkap oleh sang bejat. sang rakus. itu karena mulutku mengandung katakata rahasia bertuah itu. yang bertuah selalu mengandung makna. makna pasti berarti lagi bernilai. dan manusia serakah hanya suka jika yang bernilai atau berharga itu boleh diketahui dan dikuasainya sendiri. tanpa seorang lainpun tahu, tanpa aku, sang empunya lidah bertuah itu.
aku adalah kala yang kelam. saat sore menjejerkan cahaya kuning-merahnya di deretan salib nisan. di pucukpucuk ranting kering. menerobos gedunggedung tua coklat.
disenatero negeri yang kacau. negeri yang bimbang ini. aku kelam yang menyimpan cerah. untuk itu aku diburu orang serakah. aku seperti bemimpi tapi tidak mimpi. aku seakan terlelap tapi tidak lelap. aku seakan berlari tapi tidak lari. aku cuma hujan. aku cuma malam. aku cuma remangremang kota. aku juga hanya kuli tinta yang dipercayakan oleh waktu memegang rahasia negeri ini. rahasia yang membuat kepalaku dibentur, perutku ditendang lantas aku berdarahdarah.

hmm, aku beruntung dibentuk sebagai orang yang tidak serakah. bayangkan saja jika aku yang rakus sekaligus diberi rahasia besar tentang sebuah kemakmuran, maka kepalaku akan terus menggelembung, hatiku bersiaga karena, hei, akulah penguasa negeri, aku kaya! untung saja tidak!

aku masih sadar. bernalar. berhati lebar. sehingga katakunci itu hanya boleh kupegang sendiri hingga nanti saatnya, ia benarbenar bertuah, menanti masa yang adil! masa yang datang, masa yang kupercaya mampu membawa perubahan besar dan baik bagi negeri tua, negeri senja, negeri dengan seribu gedung tua coklat. negeri yang senjanya selalu merah. negeri yang dulunya penuh dengan kekerasan, menjadi negeri yang adil sejahtera. percayalah bahwa aku atau masa itu bukanlah caelgcaleg yang kini sedang kau hadapi di televisi, di koran, dijalanjalan. percayalah bahwa aku masih meragukan apakah mereka itu yang kita nantikan?

aku tidak lagi membaca cerita itu. aku sedang memainkanya. aku adalah kala yang ingin cerah. aku kala yang menunggu fajar terang. bintang timur. aku kala, kuli tinta, yang suka jatuh tertidur disaat emosional mengintipku. aku manusia. aku pemegang katakunci. aku mencintai kehidupan. aku yang sedang menyusun bulirbulir kebaikan untuk negeri ini. negeri yang senjanya tidak harus selalu merah. negeri yang kotanya tidak harus selalu coklat gelap.



(entah setan apa yang sedang mengendalikan hidupku. aku hanya merasa bahwa sesaat setelah menonton film KALA, serasa otakku sudah penuh dengan ide dn katakata aneh ini, aku bahkan tak sadar bahwa aku sudah menumpahkan semuanya disini, tumpahan yang entah berbentuk apa dimata anda, terima kasih sudah membaca tumpahan persaaan saya! untuk negeriku Indonesia yang dengan sedih aku cinta!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...