Selasa, 17 Maret 2009

Dan maag ini menyusahkanku…

Hari ini saya bersedih. Sedih karena tidak bisa beraktivitas dengan normal. Maag saya kambuh, setiap makanan yang akan masuk selalu dipastikan akan keluar lagi. Badan jadi lemas dan ludah kian terasa asam. Saya lantas berpikir andai saya seperti pak SBY yang kemarin itu sempat membuat heboh awak pertelevisian sampai-sampai sibuk mengadakan ‘breaking news’, bapak presiden kita sakit maag lho. Bukannya dia juga manusia sama seperti saya kan?


Bapak saya menelpon dan bertanya apakah surat keterangan bahwa saya masih berstatus sebagai mahasiswa di kampus saya sudah dikirim ke rumah apa belum. Saya bilang rencananya hari ini mengirimkannya lewat pos tapi gagal karena kondisi lambung yang makin menggila dalam memproduksi asam. Uhh. Bapak langsung marah-marah karena ini pasti gara-gara kebiasaan lama saya yang selalu tidak makan tepat waktu. Saya cuma diam dan terdiam lama bahkan ketika telepon sudah dimatikan.

Saya lantas berpikir saya sedang memulai penggarapan proposal skripsi dan saya sepertinya sedang dicobai dengan sakit maag ini, saya seakan ditantang, mampukah saya bisa mengimbangi setiap aktivitas dengan pola hidup yang sehat dan seimbang? Ternyata dalam hal ini, selama ini, saya masih kalah. Saya hanya sibuk memikirkan hal lain tetapi mengabaikan hal lainnya yang sebenarnya penting dan tak kalah pentingnya, yakni kesehatan, bahwa tanpa kesehatan semua target, semua rencana atau impian hidup saya ternyata gak ada apa-apanya.


Kakak saya yang sedang studi di Roma juga pernah menelpon malam-malam dan marah sekali karena ketahuan saya sakit dan bobot tubuh saya yang kian susut. Katanta, ‘kau kan belajar psikologi, pastinya bisa untuk mengontrol pikiran/pola pikir mengenaik hidupmu’. Saya lantas kemudian baru sadar dengan maksud perkataan kakak saya itu, bahwa apapun dalam hidup, pikiran kita sendiri sangat berperan, baik secara sadar atau di bawah sadar, setiap langkah kita terkondisikan oleh pola/cara kita berpikir, bahwa gaya hidup sehat itu pilihan dari sebuah proses berpikir yang matang, bahwa keseluruhan hidup kita ada di tangan kita, mau sehat atau tidak yah hanya kita yang bisa menentukan.
Kini saya sakit maag dan saya harus mengakui ada yang salah dengan pemahaman saya, dengan cara pandang saya yang berpengaruh terhadap pola hidup saya yang jujur memang tidak sehat.

Saya malah kini harus secepatnya membuat pilihan mengenai pola makan saya, tidur saya, kesehatan saya pada umumnya.


Hidup ternyata menawarkan sejuta pilihan, entah itu baik atau buruk, sayang sekali bahwa kemarin-kemarin saya sudah memilih yang buruk.



Jogja, 16 Maret 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...