Kamis, 19 Maret 2009

belajar merenung dan berubah bersama Ranggawarsita…

‘mengalami zaman gila
hati gelap kacau pikiran
mau ikut gila tak tahan
jika tidak ikut tak kebagian
akhirnya kelaparan
sebenarnyalah kehendak Tuhan
seuntung-untungnya yang lupa
lebih untung yang ingat dan waspada’

(Ranggawarsita, pujangga dari Kasunanan Surakarta, hidup antara tahun 1802-1873, dalam Kalatidha – Zaman Rusak*)

Demikian penggalan kalimat ramalan/ prediksi seorang Ranggawarsita, yang kini suka atau tidak, yakin atau tidak, seakan terbukti benar adanya, perlahan mulai kelihatan di sekitar kita. Apa benar kita kini sedang memasuki fase zaman kalatidha itu? Hati yang gelap, pikiran yang kacau mungkin atau hampir pasti sudah terjadi kini, entah itu pemimpinya/pejabantnya atau pun rakyatnya. Korupsi kini bukan saja monopoli pejabat-pejabat pusat, kini sudah merambah ke pelosok daerah hingga ke tingkat RT/RW.
Rakyat yang masih punya hati yang bersih, yang gak mau ikutan gila, eh tetap saja menderita, tetap saja kelaparan. Berbuat dosa salah, berbuat baik pun salah, ya gak?
Katanya lagi ada zaman dimana ratu adil datang dan katanya lagi ratu adil itu bukan orang tapi system, cara, kebijakan, yang bisa membuat rakyat pulih dari zaman rusak itu. Entahlah, yang hampir pasti bahwa beberapa pekan lagi kita akan PEMILU, semoga saja PEMILU ini bisa enjadi titik awal bagi Bangsa ini untuk memasuki gerbang baru, zaman baru yang adil dan bijaksana bagi semua kalangan masyarakat.
Seperti kata Ranggawarsita, ‘seuntung-untungnya kita lupa, tapi lebih untung lagi bahwa kita bisa ingat dan waspada’, juga berubah, bahwa segala kebaikan dimulai dari diri kita masing-masing. Adil dan bijaksana itu dimulai dari diri kita sendiri, saat kita bisa bersikap adil dan bijaksana pada diri kita sebelum disikapi untuk orang lain. Semoga. Ojo Golput yo he-he!!!

*dari novel Kalatidha
– Seno Gumira Ajidarma



(Bumijo Lor, 19 Maret 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...