Sabtu, 28 Februari 2009

Aku Pernah Berpikir Menjadi Guru

Aku tak pernah berpikir untuk menjadi guru, dulu. Dan baru beberapa hari lalu aku benar-benar mengalami keajaiban itu. Aku dipercayakan masuk ke kelas, berhadapan langsung dengan anak-anak yang hebat dan cerdas-cerdas itu, juga dengan guru-guru yang sangat kooperatif dan mau berbagi pengalaman mereka kepada aku yang notabene masih mahasiswa yang dikepala ini masih dipenuhi teori-teori semata, senang dan bangga. bagiku ini adalah salah satu langkah yang lebih baik dalam hidup saya.
Hari ini semangat jiwaku kembali terbang ke sana, ke sekolah dengan banyak potensi menarik untuk digali. Dan aku sedang dilibatkan dalam upaya penggalian sejuta pengalaman itu, aku harus bangga dan percaya diri. aku dulu memang bukanlah apa-apa tapi kini setitik pencerahan dari sekolah ini sudah mengisi ruang jiwaku, kamar potensiku, bilik talentaku. Ini siang yang dasyat bagiku. aku sedang terpukau di sebuah ruangan penuh gambar dan hasil karya siswa-siswi. Kami lesehan dan semangat memang sedang merajai hariku ini. aku memang sudah terbiasa untuk antusias akan segala sesuatu yang baru, karena aku suka jika tiba-tiba aku tersesat dan haus, dan ternyata aku tersesat du dunia yang penuh dengan sejuta kemungkinan dan kesempatan, kenapa mesti ditolak? Hei, jiwaku, ini aku. Hei, tubuhku, ini diriku!
Aku hanya duduk terpaku pada keadaan tanpa membiarkan sedetik pun imajinasi dan nalar ini berlarian, melompat ke sana ke mari, tanpa lelah. aku sengaja membiarkan diriku larut dalam dunia yang aku sukai. Kami berdiskusi, kami berbagi pengalaman, berbagi trik dan tips, tanpa ampun! kenapa harus berpikir untuk minta ampun jika sebenarnya kita mampu, kita bisa karena kita sudah dikaruniakan lebih oleh Tuhan? Kenapa menolak kenyataan bahwa kita bisa atau tidak bisa? Tidak bisa pun bukan berarti dunia runtuh kan?
Tanpa terasa tiga jam berlalu tanpa keraguan, tanpa kesimpangsiuran, tanpa ketidakjelasan. Aku sungguh sedang berusaha untuk jadi pemenang untuk diriku, dan aku sudah melewati tahap final episode hari ini, Percayalah bahwa aku ingin pulang dengan membawa keberhasilan itu. aku tak mau hidup sia-sia. Tiga jam ini memang sudah berlalu. Bersama kami sudah menulis keajaiban masing-masing di hati, di otak dan di jiwa kami, teman kami, sekeliling kami. Kami semua yang berada di dalam ruangan tersebut.
Aku mungkin akan lelah, akan malas, akan buntu, tapi mengapa aku harus berpikir bahwa aku akan buntu, akan malas dan akan lelah padahal nyatanya sekarang ini, detik ini kita tidak lelah, tidak malas, tidak buntu? aku malah sedang memilih untuk tidak mau menjadi orang munafik, yah aku sedang belajar untuk jujur dengan diriku sendiri, syukur-syukur, puji Tuhan aku bisa juga jujur dengan orang lain. Apa yang aku ketahui tentang hidup? hidup ini susah, hidup ini proses, untuk itu tidak ada salahnya untuk memulai dari dari yang lelah, yang malas, yang buntu bahkan yang munafik untuk kemudian mejadi tidak lagi. Apa aku akan kesulitan? ayh akan sulit, tapi mengapa aku harus mempermasalahkan yang sulit itu tapi ternyata tidak mencoba? betapa bodohnya aku!
Ah, maafkan aku jika menurutmu terlalu sok-sokan. Aku hanya menulis apa yang diteriakkan hatiku, apa yang tercermin dari jiwaku! Siapa sih yang tidak ingin menjadi baik? Aku memang sudah terbiasa untuk menerbangkan isi kepalaku kemanapun, kapanpun tanpa batas, karena yang seutuhnya mengendalikan diriku adalah aku sendiri, makanya aku bebas membiarkan pikiranku berlarian dan aku dengan jujur menuliskannya. Silahkan saja untuk tidak mau membaca lagi. Tak apa.
Hari ini aku memang bahagia. Ketika bahagia aku terbiasa untuk menulisnya, yang pada akhirnya akan meninggalkan rasa puas yang tak terkira, yang hanya bisa bewujud kata-kataku ini, mungkin aneh? Jangan dilanjutkan. Kasihan jika energimu habis dan tidak ada sesuatu pun yang kau dapatkan, mendingan energimu digunakan ke hal-hal yang menurutmu akan mendatangkan faedah bagimu. Ah, berharap sekali tulisanku ini berfaedah bagimu, bagi semua orang.
Tanpa terasa diskusi itu berakhir. Banyak hal memang yang hinggap dalam benak saya, memaksa untuk cepat-cepat menumpahkannya ke laptop. Sungguh aku sedang bahagia. Bahagia karena sejam lebih kemarin telah menjadi guru. Aku hanya ingin memaknai setiap kesempatan dengan baik, termasuk kesempatan mengikuti focus group discussion bersama guru-guru, supervisor dan kepala sekolahnya.
Terima kasih Tuhan untuk hari yang dasyat ini.
Aku hanya ingin menjadi lebih baik dalam hidup ini.
Aku hanya ingin mengejar ketertinggalanku.
Aku hanya ingin membagi apa yang lebih dari diriku untuk orang lain yang membutuhkan kelebihan aku itu.
Aku hanya ingin menjadi teman yang baik untuk manusia dan semesta.

Jogjakarta, 27 Februari 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...