Sabtu, 17 Mei 2008

Film ML dan Fenomena Tangan Kuasa dalam Kelamin!!!

Setelah beberapa waktu media infotaimen ramai membicarakan aksi cekal mencekal yang menimpa beberapa selebriti tanah air ( semisal Dewi Persik dan Julia Perez) oleh beberapa pejabat walikota dan ormas agama, kini giliran film ML (Mau Lagi , Indonesian pae not american pie ????? apa itu pae?aku gak tahu juga he he he ) oleh MUI juga Ormas2 atas nama agama. dalam beberapa petikan wawancara di TV konon aksi artis dagdut juga Film ML oleh pejabat MUI,Ormas Islam dan juga MENPORA ( kalau saya tidak salah dalam Topik Minggu ini SCTV sebulan lalu dengan tamu yg lain sutradara Riri Riza ) berpendapat sama, intinya goyang Dewi,dkk juga film ML kelewat vulgar, Pornoaksi, pornografi, amoral,dll. Ini bukan masalah yang baru mengingat Inul pun pernah membuat kehebohan yg sama di tahun 2003 lalu. Bagi saya pemerintah pun dalam masalah ini masih kesulitan dalam memberikan batasan resmi yang jelas ( UU APP sampai detik ini pun masih terombang-ambing, antara pro dan kontra ), pendefinisian yang jelas sekaligus pengklasifikasian ini porno, ini amoral, ini abnormal, dll. Hal ini juga tentu beralasan sebab ada dualisme dalam masalah ini, ada sebagian orang (baca :yang minoritas ) yang berseberangan dengan pemahaman pemerintah ( baca : penguasa, termasuk agama yang mayoritas, dll), sehingga ada yang menganggap dangdut itu seni, toh kita punya budaya atau tarian yang nota bene erotis [( zaman sebelum agama Islam dan Kristen masuk ke Indonesia dan 'menguasai' Indonesia dari budaya lama yang erotis, homoseksual (bisu di sulsel, dan warok di jatim), sebagai pihak yang kalah, dan minoritas, oleh Agama islam maupun Kristen ( baca : penguasa ) yang kemudian memaknai baru, ini boleh itu tak boleh, INI SUCI ITU DOSA,dll. maka lahirlah pemaknaan baru atas kehidupan, dan yang minoritas lama-lama ditekan, direspres dan punah!)] Tetapi diseberang ada penguasa atau pemerintah (yang dibekingi oleh agama ) menganggap ini porno, itu amoral, ini abnormal,dsb. Inilah fenomena dualisme yang sudah dipaparkan oleh Michel Foucault, bahwa siapa yang menang dialah yang berkuasa,dialah yang berhak menentukan dan membagi (division ) ini baik, itu buruk, ini normal itu abnormal, ini tidak porno itu pornoaksi,ini sehat itu gila, dan sekaligus menekan (merepres) atau menolak (reject) pihak minorotas yang kalah dan lemah, yang mempunyai pandangan yg berseberangan. Fenomena yang sama terjadi pada kasus pengaturan pemerintah terhadap agama seseorang (Kasus Ahmadiyah, dll). Menurut Foucault hal tersebut yang melahirkan rezim kebenaran (saya menyebutnya dengan 'mereka yang menamakan dirinya beradab )yang kemudian berhak memaknai sesuatu sebagai yang baik, yang normal, yang suci,dll. sedangkan yang lainnya amoral, tidak normal, dosa, buruk, dll. Sama dengan yang dialami film ML yang ditolak dan dianggap pornografi disaat film ML sendiri ternyata sudah lolos sensor (meski dengan pemotongan yang cukup fantastis 15 meter rol seluloid!). Ini berarti juga ada dualisme terhadap pemaknaan, penilaian dan pengkasifilasian porno, LSF mengaggap sudah lolos sensor berarti sudah layak tonton tetapi tidak dengan MUI (baca: penguasa) yang notabene lebih besar pengaruhnya dibandingkan LSF sendiri, sekali porno tetap porno!!! Kembali lagi ke pemaknaan Foucault, MUI sebagai representasi dari penguasa( baca: Islam sebagai agama terbesar di Indonesia, mayoritas ) dan berpengaruh besar terhadap pemaknaan, pengklasifikasian terhadap sesuatu apapunyang ada do bumi Indonesia ). Toh, akhirnya ketika berhadapan dengan MUI, LSF pun tanpa basa basi lagi langsung ' membatalkan' hasil sensornya. Pada posisi ini pihak ML sendiri adalah sebagai pihak yang mengalami penolakan (reject) dari MUI (division). Kesimpulannya yang berkuasa berhak membentuk dan berhak memaknai dan menilai sesuatu sebagai yang baik atau buruk, porno tau tidak, tak terkecuali Film ML! Untuk memaknai masud saya lebih dalam silahkan baca buku2 Michel Foucault atau buku 'Tangan Penguasa atas Kelamin karya Hatib Abdul Kadir,Thanks!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...