Senin, 03 Desember 2012

Percakapan Siang Bolong

(puisi ini dimuat di koran Pos Kupang, Minggu 2 Desember 2012)



(Untuk Jon Doust di Albany)


Jon, namamu
Jon pertama kali
kusua senyum sederhanamu
Seperti Jon yang sudah kukenal
seribu tahun lamanya
Kita berjabat tangan di depan bandara
yang mirip pasar tumpah
Jon, kau bertanya padaku,
apa maknanya kain tenun hadiah itu
sebab yang kau lihat
adalah belalang bukan cicak apalagi biawak
Kita tertawa
Aku tertawa (Jon nampak girang)
Lalu kau,
(Jon yang beruntung mencicipi ikan terenak kami)
Mengeluarkan sebait lagu yang terdengar parau
Oh rupanya Jon di depan mataku ini adalah seorang komikus
Kau bilang,
"aku melihat senyum bidadari yang jatuh saban pagi
di setiap mata kalian,
hei orang Kupang yang kini kupuji."
Kubilang, "ah, kau berlebihan Jon."
Ia tertawa dan membisikan sesuatu,
"mungkin kau perlu ada
Dalam skesta perpisahan yang sudah
kulihat perputarannya tadi
Ketika di atas pesawat.
Ilusi entah yang bernubuatkan de javu pagi-sore"
"Apa maksudmu, Jon?" selidikku
"kami semua akan menangis ketika
waktu begitu cepat ditarik pergi:
Meninggalkan langkah dan kerling tulus kalian."
"Ah, Jon. Kau ini."
Dan kau mengeluarkan benda kedua dari kotak ajaibmu:
Secarik kartu nama
(kelak seribu surel beterbangan ke awanawan kota)
"mari menulis" katamu
Jon, kau menulis apa?
"sabana, lontar, karangmu yang bakalan lenyap!"

Ctctctctctct
Ciiiiiiiiiiiiiiit
Baterai laptop kita sekarat

Kupang Oktober 2012
* Christian Dicky Senda. Blogger, penikmat sastra, film, psikologi dan kuliner. Bekerja sebagai konselor di SMPK St. Theresia Kupang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...