Sekali
mengenalmu di ruang berbau keringat
Dengan
suhu 33 derajat celcius:
Lukamu,
lukaku, tulus dan tragis
Hidupmu,
hidupku, adalah jalan iman berkelok
Teriakmu,
mati sepiku
bukan
Tuhan yang kagok
Di
atas huruf-huruf Latin yang pendek-pedek dan tambun
Dan
bukan juga pleidoi ibadah yang terancam
Tapi
mimpi terakhirmu abadi tapak langit merah Istanbul,
Sebuah
kaligrafi terakhir: siapa yang takut
mati? Aku tidak.
Ajal konon hanya kejam pada yang
takut kepadanya.
Aku
membacanya seribu kali seraya membunuh rasa takutku
(2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...