catatan pinggir blogger NTT
Kamis siang 29
Maret 2012, Mario F. Lawi mengirimkan SMS tawaran ke saya, jika ingin ngumpul
dengan Januario Gonzaga nanti malam setelah jam 9 saja. Saya jawab, oke, saya
siap. Malamnya Janu menelpon dan menanyakan apakah rencana ngobrol-ngobrolnya
jadi. Kalau iya, enaknya di Taman Nostalgia saja. Saya langsung menyetujui tapi
juga terserah Mario karena saya gak punya kendaraan sendiri ke Taman Nostalgia.
Selama ini kalau gak dijemput Mario yah nebeng sama bro Abdul M. Djou atau kak
Sandro Dandara he-he-he.
Kira-kira jam 11
malam akhirnya Mario jemput ke rumah saya di Liliba dan kita menuju Taman
Nostalgia. Ternyata jam segitu taman ini masih ramai saja. Kami mengobrol
sambil menunggu kedatangan Janu. Saya berinisiatif menelpon Abdul tapi katanya
ia tidak bisa gabung sebab masih menemani kawannya yang diduga kuat terkena
suanggi (istilah untuk ilmu hitam yang berkembang di NTT, mirip dengan santet
di Jawa, dsb). Ngeri juga yah. Abdul bilang, percaya gak percaya kawan,
setelah didoakan, dari kaki temanya yang
bengkak itu keluarlah keong, kepala kecoak, sayap dikdik dan paku. Duileeh,
sadis amat itu tukang suanggi, yah?!
Ditemani kopi
dan teh panas, bertiga kami mengobrol. Berempat ding, sebab Janu mengajak
seorang temannya dari Assumpta. Tapi malam itu, kami bertigalah yang menguasai
obrolan. Macam-macam topiknya, mulai dari Santarang jural sastra, komunitas
kami Dusun Flobamora, pengalaman bersastra Mario juga Janu saat di Seminari
(beruntunglah mereka bahwa kala itu ada dukungan moril dari lingkungan sekitar
yang berperan besar dalam membentuk pola kesusasteraan merek), perkembangan
sastra di NTT, tokoh-tokoh sastra Nasional dan karya-karya mereka, ngomongin
filsafat, macam-macam pokoknya. Dan itu seru lho. Yang pasti ketika berbicara
dengan dua orang hebat ini, cakrawala berpikir saya jadi lebih luas. Karena
berbicara perkembangan sastra di NTT sejauh ini, kedua kawan saya inilah
pelakunya. Lain halnya kalo berbicara blogger NTT hehehe…*lirik kae TutehPharmantara*
Benar bahwa saya
sudah menulis puisi sejak SMP, tapi saya akui sendiri perkembangan kesusastraan
saya pribadi tidak sesignifikan kedua teman saya ini. Artinya bahwa selama ini
Mario juga Janu benar-benar terjun ke ‘kolam sastra’ dan berkembang pesat
disana. Maka obrolan malam itu menjadi sangat berarti bagi pribadi saya.
Banyaaaak yang bisa saya serap, karena toh ada banyak juga insight yang terbit
di setiap percakapan kami.
Tak terasa kami
mengobrol hingga jam 02.30 dini hari, saat taman itu benar-benar sepi dan
mungkin sejam kemudian sudah ada segerombolan manusia yang datang untuk olah
raga pagi! Weeeew…
Pengalaman malam
itu di taman Nostalgia adalah yang paling kaya dan mungkin jarang-jarang
terjadi. Diskusi-diskusi yang bakalan berujung kepada lahirnya efek ‘Ahaaa’ di
benak masing-masing.
Menulis ini,
teringat kawan-kawan muda di Jogja, Agung Polos dan Bu Wahyu teman ngobrol
seputar film dan film dan film lagi. Greg dan Junah, juga mas-mas di Universal
Entertainment, tempat paling mengasyikan untuk kita ulas film-film, lalu
mengaitkannya seenak perut dengan mimpi, bawah sadar dan segenap teori-teori
psikoanalisis. Karena disanalah saya menemukan sisi enaknya menonton
karya-karya Wong Kar Wai, Bernardo Bertolucci, Woody Allen, dan tahu kalo
Marlon Brando adalah actor terbaik (menurut saya lho) yang pernah ada di planet
ini. Hahahha…
Makasih
kawan-kawan, smoga selalu ada waktu dan cara (juga kopi, ehm…ehmm) dalam menikmati
kebaikan semesta di taman Nostalgia…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...