Minggu, 01 April 2012

Memaknai Waktu Ngopi Bareng dan Cara Menciptakan efek AHA


catatan pinggir blogger NTT

Kamis siang 29 Maret 2012, Mario F. Lawi mengirimkan SMS tawaran ke saya, jika ingin ngumpul dengan Januario Gonzaga nanti malam setelah jam 9 saja. Saya jawab, oke, saya siap. Malamnya Janu menelpon dan menanyakan apakah rencana ngobrol-ngobrolnya jadi. Kalau iya, enaknya di Taman Nostalgia saja. Saya langsung menyetujui tapi juga terserah Mario karena saya gak punya kendaraan sendiri ke Taman Nostalgia. Selama ini kalau gak dijemput Mario yah nebeng sama bro Abdul M. Djou atau kak Sandro Dandara he-he-he.
Kira-kira jam 11 malam akhirnya Mario jemput ke rumah saya di Liliba dan kita menuju Taman Nostalgia. Ternyata jam segitu taman ini masih ramai saja. Kami mengobrol sambil menunggu kedatangan Janu. Saya berinisiatif menelpon Abdul tapi katanya ia tidak bisa gabung sebab masih menemani kawannya yang diduga kuat terkena suanggi (istilah untuk ilmu hitam yang berkembang di NTT, mirip dengan santet di Jawa, dsb). Ngeri juga yah. Abdul bilang, percaya gak percaya kawan, setelah  didoakan, dari kaki temanya yang bengkak itu keluarlah keong, kepala kecoak, sayap dikdik dan paku. Duileeh, sadis amat itu tukang suanggi, yah?!
Ditemani kopi dan teh panas, bertiga kami mengobrol. Berempat ding, sebab Janu mengajak seorang temannya dari Assumpta. Tapi malam itu, kami bertigalah yang menguasai obrolan. Macam-macam topiknya, mulai dari Santarang jural sastra, komunitas kami Dusun Flobamora, pengalaman bersastra Mario juga Janu saat di Seminari (beruntunglah mereka bahwa kala itu ada dukungan moril dari lingkungan sekitar yang berperan besar dalam membentuk pola kesusasteraan merek), perkembangan sastra di NTT, tokoh-tokoh sastra Nasional dan karya-karya mereka, ngomongin filsafat, macam-macam pokoknya. Dan itu seru lho. Yang pasti ketika berbicara dengan dua orang hebat ini, cakrawala berpikir saya jadi lebih luas. Karena berbicara perkembangan sastra di NTT sejauh ini, kedua kawan saya inilah pelakunya. Lain halnya kalo berbicara blogger NTT hehehe…*lirik kae TutehPharmantara*
Benar bahwa saya sudah menulis puisi sejak SMP, tapi saya akui sendiri perkembangan kesusastraan saya pribadi tidak sesignifikan kedua teman saya ini. Artinya bahwa selama ini Mario juga Janu benar-benar terjun ke ‘kolam sastra’ dan berkembang pesat disana. Maka obrolan malam itu menjadi sangat berarti bagi pribadi saya. Banyaaaak yang bisa saya serap, karena toh ada banyak juga insight yang terbit di setiap percakapan kami.
Tak terasa kami mengobrol hingga jam 02.30 dini hari, saat taman itu benar-benar sepi dan mungkin sejam kemudian sudah ada segerombolan manusia yang datang untuk olah raga pagi! Weeeew…
Pengalaman malam itu di taman Nostalgia adalah yang paling kaya dan mungkin jarang-jarang terjadi. Diskusi-diskusi yang bakalan berujung kepada lahirnya efek ‘Ahaaa’ di benak masing-masing.
Menulis ini, teringat kawan-kawan muda di Jogja, Agung Polos dan Bu Wahyu teman ngobrol seputar film dan film dan film lagi. Greg dan Junah, juga mas-mas di Universal Entertainment, tempat paling mengasyikan untuk kita ulas film-film, lalu mengaitkannya seenak perut dengan mimpi, bawah sadar dan segenap teori-teori psikoanalisis. Karena disanalah saya menemukan sisi enaknya menonton karya-karya Wong Kar Wai, Bernardo Bertolucci, Woody Allen, dan tahu kalo Marlon Brando adalah actor terbaik (menurut saya lho) yang pernah ada di planet ini. Hahahha…
Makasih kawan-kawan, smoga selalu ada waktu dan cara (juga kopi, ehm…ehmm) dalam menikmati kebaikan semesta di taman Nostalgia…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...