untuk CERAH HATI dan gerakan MUDAers NTT Menulis!
***
Ceritanya Kamlasi berasal dari Amanatun. Kamlasi sendiri awal mulanya adalah seseorang yang asing dan terdampar di pantai Menu, di Nunkolo – Amanatun. Dia seorang berkulit putih, entah Belanda, entah juga Portugis. Si orang asing ini kemudian ditangkap oleh penduduk kampung karena mengambil tuak dari pohon enau milik warga setempat. Selanjutnya menjadi bagian dari masyarakat kampung di Nunkolo. Karena memiliki sifat yg bijaksana dan adil, masyarakat setempat memanggilnya ‘kamalasi fa’ artinya tidak ada perkara. Maksudnya bahwa setiap hal bisa dilalui beliau dengan mudahnya, tanpa masalah atau menghasilkan masalah/hal baru. Kamlasi kemudian menikah dengan wanita setempat dan menghasilkan keturunan yang berkulit putih.
(keturunan yg putih dan bermata biru yang masih hidup kini salah satunya adalah Yusuf Kamlasi yg kini menetap di desa Lelokasen-Mollo)
***
Pada saat terjadinya perang antara Amanatun dan Amanuban, Tefa Kamlasi yg merupakan keturunan dari Kamlasi mendapat tugas untuk mengantar dua orang putri dari kerajaan Mollo yang waktu itu lari ke Amanatun. Karena kondisi yang tidak kondusif di wilayah Amanuban, maka dipilihlah rute perjalanan via Noemuti (TTU) untuk kemudian ke Mollo. Tefa Kamlasi sendiri waktu itu adalah seorang prajurit yang dikenal berani dari kerajaan Amanatun. Sesampainya di wilayah kerajaan Mollo, Tefa meniupkan feku-nya, sebagai tanda: ‘yah, si pembawa kabar baik dari Amanatun itu sudah datang…’.
***
Tefa diterima dengan baik di sonaf (istana Raja Mollo) di Ajaobaki. Tefa kemudian diminta untuk menginap di rumah Toto. Dahulu kala, tamu penting yang menginap biasanya disiapkan juga gadis belia sebagai teman sang tamu. Kebetulan gadis yang menemani Tefa tersebut adalah keturunan dari Toto. (hingga kini masih melekat tradisi bahwa sebaiknya keturunan Kamlasi menikah dengan keturunan Toto). Saudara dari Tefa Kamlasi, kemudian menghasilkan keturunan Kamlasi yg tersebar di SoE (Moses Kamlasi, dll) dan di Kupang.
***
Dari perkawinan Kamlasi dan Toto inilah yang menghasilkan keturunan yakni Leu Kamlasi dan satu saudara perempuannya (yang diketahui menikah dengan Lopis-atau Lopez dari wilayah kekuasaan Portugis di Oekusi). Leu Kamlasi sendiri baru dibaptis dihari tuanya, dengan nama baptis Richard Lewinhard Kamlasi. Leu yang menikah dengan Isa Takesan, memperanakan Tefa Kamlasi, Soleman Kamlasi, Messakh Kamlasi, Nino Kamlasi, Aksamina Kamlasi dan Bernadus Kamlasi. Tefa Kamlasi memperanakan Johannes Kamlasi dan Martinus Kamlasi), sedangkan Messakh Kamlasi memperanakan Tobias Kamlasi, Obed Kamlasi, dan Stevanus Kamlasi (merantau ke Bandung dan menikah dengan perempuan Sunda). Soleman Kamlasi yang menjadi tentara kerajaan Belanda (KNIL) bertugas di Semarang dan menikah dengan Siti Aminah Rajimin (kemudian dibaptis dengan nama Yohana Kamlasi), memperanakan Ferderika Elizabeth Kamlasi (lahir di Semarang 24 Februari 1947). Ferderika Kamlasi lalu menikah dengan Ignasius Senda dari Seroara, Paga, Flores di Kapan pada tanggal 25 Agustus 1968. Kini menetap di Jalan Kampung Baru, Kapan, dengan 7 orang anak.
****
(diceritakan kembali oleh Ignasius Senda, suami dari Ferderika Elizabeth Kamlasi. Karena banyak fakta sejarah yang sudah hilang, maka mungkin cerita diatas hanya sebuah kepingan saja, berharap kepingan cerita lainnya bukan dalam kondisi benar-benar ‘hilang’ tapi cuman belum diketahui saja. entah siapa yang sedang memenang kepingan cerita sejarah Kamlasi yang lain. Siapa? Hayo tunjuk jari! He he…)
Kapan, 3 Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...