EAT PRAY LOVE. Awalnya begitu menarik bagi hati saya karena ada BALI disana. Jika film ini sukses besar di tangga box office Amerika, boleh jadi kita juga yang harus berbangga hati krn hampir 40 % gambar diambil di Bali, selain bukan saja lokasi tetapi juga beberapa pemain lokal menjadi ‘sentral’ dalam film ini, semisal aktris Christine Hakim yang sangat baik aktingnya ketika beradu bersama Julia Roberts tokoh sentral dalam film ini. Awalnya saya kira Bali-lah yang akan menarik dan menjadikan film ini unik (krn memang dibuka dengana adegan Liz (Julia Roberts) bersepeda mengitari persawahan Bali, dengan wanita-wanita mengusung bahan sesajen di kepala, pintu rumah mirip mini candi berundak-undak bla…bla…). Nyatanya setting ashram di India terlebih Roma (makan Pizza di Napoli, dll), juga gak kalah menariknya.
Diawali dengan kisah perceraian antara Liz dan suaminya, cinta kilat dengan seorang ‘berondong’—aktor amatiran, hingga keputusannya untuk pergi ke Italia (Eat, makan), India (Pray, doa) dan Bali/Indonesia (Love, menemukan jodohnya). Di Roma, sutradara dengan hebat menonjolkan sisi ‘Eat atau makan’nya, bagaimana negeri ini punya sejuta kuliner khas yang dilihat saja bikin saya ngiler. Bagaimana Liz yang terjebak di keriuhan sarapan pagi di sebuah kedai di sudut Roma, makan es krim disamping beberapa biarawati, belajar bahasa Italia (dan hampir jatuh cinta dengan gurunya itu) hingga adegan yang paling menarik bagi saya: bagaimana orang Italia punya kebiasaan unik sebagai bagian dari komunikasi, bahwa berbicara bukan saja monopoli mulut, tapi tangan juga bisa berbicara banyak. Suara dan raut wajah nan ekspresif akan selalu afdol jika disertai dengan gerakan tangan, entah itu ekspresi bahagia, umpatan, kemarahan, dsb. Atau bagaimana makan bersama digambarkan sebagai sesuatu rutinitas yang menarik tentunya dengan seabrek menu yang menggoyang lidah. Inilah awal yang baik bagi Liz untuk melupakan masa lalunya. Makan menjadi sesuatu yang sesaat bisa menyembuhkan jiwa (meski efeknya semua jeansnya sesak ha ha ha).
Dari Italia, Liz kemudian bertolak ke India. Mengunjungi salah satu ashram (atau asrama tempat orang2 datang berdoa dan bermeditasi untuk mencari pencerahan dan keteduhan batik.). Ashram ini adalah referensi dari mantan pacar berondongnya di New York. Di asrama ini Liz bergaul dengan berbagai macam manusia, dengan masalah masing2. sepertyin Paul dari Texas, yang begitu merasa bersalah pada anaknya krn gara-gara bercerai dengan isterinya, ia kehilangan banyak momen dalam tumbuh kembang anaknya. Pada bagian ini, sineas juga mengankat sisi lain kehidpuan orang2 yang sehari-hari berdoa, bermeditasi, melakukan aksi bisu, dll.
Di Bali, Liz yang diceritakan pernah ke Bali dan diramal Ketut Liyer terakait kehidupan rumah tangganya dan akan datangnya ke Bali yang kedua kali. Trnyata benar dan mendorong Liz mendatangi Ketut untuk kedua kalinya. Singkat cerita Liz bertemu Felipe (yang kelak jadi suaminya) dan Wayan (Christine Hakim, seorang dukun, janda 1 anak yang miskin tp punya banyak mimpi). EPL sendiri berdasar atas buku memoar yang ditulis sendiri oleh Liz yang seorang penulis buku juga dan sempat menjadi best seller di Amerika. Ahh, Bali dengan segala keunikannya memang patut untuk mendapat perhatian dunia! Selamat menonton…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...