Sabtu, 17 April 2010

Mereka Yang Terpanggil

sebuah catatan permenungan pasca menonton Kick Andy!

Kick Andy, acara TV yang makin lama makin membuat saya berpikir ‘gilaa, ini acara kreatif banget, sekian lama, sekian episode selalu tak kehabisan ide. Ada banyak hal positif disana.’

Berbicara hal positif, acara ini mungkin yang paling bikin orang Indonesia yang menontonnya akan merasa optimis lagi, percaya diri lagi, bangkit lagi untuk selalu sadar ‘hidup ini indah…’.

Jika melihat dengan kacamata umum, kondisi negara ini memang gak terlalu bagus untuk saat ini. Berita-berita miring, negatif, dan buruk yang selalu bikin hati miris, kecewa, putus asa, marah, hingga menghilang rasa saling percayanya. Sungguh efek yang dahsyat jika tiap hari orang-orang disuguhi berita-berita dan pengalaman-pengalaman buruk.

Berbicara TV, tentu ada problemnya sendiri. Begitu banyak informasi negatif yang mungkin sulit untuk disaring masyarakat awam di dalam ruang keluarga masing-masing. TV kini dipertanyakan misi dan nilai edukasinya. Panjang jika membicarakan TV dan problem-problemnya kini.

Namun saya ingin kembali membicarakan Kick Andy saja. Episode 17 April 2010 bisa jadi adalah episode istimewa yang pernah saya tonton dari sekian banyak keistimewaan-keistimewaan lainnya yang selalu disuguhi Andy Noya dan kawan-kawannya dari Metro TV. Sama halnya jika saya yang gemar mengikuti setiap episode Oprah Show, merasa bahwa mereka begitu hebatnya memberikan tontonan yang menuntun orang pada sebuah pemikiran baru yang membangkitkan. Ada banyak insight yang bisa kita peroleh setelah menonto kedua acara ini. Uniknya, keduanya mungkin yang menurut saya paling berhasil mengungkit sisi positif manusia penonton yang terdalam, sisi emosionalitasnya dan sisi humanisnya! Saya salah satu manusia penonton itu. Bahkan seorang Oprahlah yang mungkin paling berhasil jika menghadirkan bintang tamu artis misalnya, menjadi jauh, jauh banget dari sekedar tempelan berita gosip belaka tanpa isi. Semua hal bisa digali sisi baiknya, insight-insight barunya!

Episode kali ini berjudul….dengan bintang tamu yang wooowww inspiring banget. Dari berbagai latar belakang cerita yang berbeda-beda, unik namun menuju pada suatu tujuan jelas nan mulia sebagai seorang manusia sejati. Yah, manusia sejati. Mungkin, kata mereka (pak Budi Soehardi, pak Daniel Alexander, bu Anne Avantie) kesejatian hidup sebagai manusia adalah bahwa jika mereka bisa jujur dengan dirinya untuk berlaku apapun yang memberikan dampak positif bagi orang lain, memberi arti lebih dari sekedar omong doang.

Semua kisah dalam episode ini menarik. Bu Anne, perancang busana terkenal namun setahu saya sangat-sangat religius dan sosialis. Saya pernah membaca biografinya, beliau adalah pendevosi sejati kepada Bunda Maria, saban minggu di salah satu gua di Ambarawa. Kenyataan lainnya, dia mendirikan yayasan yang secara khsusus menolong anak-anak yang menderita hydrochephalus.

Lain ceritanya dengan pak Budi, sang Heroe versi jaringan TV Amerika CNN. Adalah seorang pendiri panti asuhan….yang cukup mengagetkan saya adalah bahwa lokasinya di Kupang!!! Ini mungkin menarik karena saya melihat ada seorang yang punya hati yang besaaar hadir di Timor, mengurusi anak-anak korban pasca jajak pendapat Timtim. Dari dokumen foto-foto yang ditayangkan, woooww (lagi) ada banyak hal yang berbicara disana, menembus batas medium menjadi sebuah kenyataan. Beliau begitu dekat dengan anak-anak. Matanya mencerminkan perbuatan-perbuatan besar yang sudah dilakukannya. Jauh lebih mulia jika saya membandingkan dengan para koruptor!

Fakta lain bahwa beliau yang adalah seorang pilot maskapai besar Singapura, lama hidup nyaman di luar negeri, namun siapa sangka, hanya dari sebuah tayangan TV tentang kondisi para pengungsi Timtim di Atambua, yang makan sebungkus indomie untuk berlimalah yang membuat semuanya berubah saat itu juga. Padahal pak Budi sekeluarga dalam beberapa jam lagi akan pergi berlibur keliling dunia sebagai fasilitas eksklusif yang diberikan pihak perusahaanya. Hanya butuh beberapa jam saja untuk membatalakan semua planning enaknya, untuk melakukan sebuah hal besar yang jauh lebih menyenangkan. Sungguh sulit dicerna jika hanya memakai kacamata nafsu belaka kita sebagai manusia.

Pak Budi sungguh mengesankan saya. Woww, orang ini begitu hebat dan mulianya. Secara emosional dia bercerita, menggambarkan kehidupan keluarganya yang sungguh menggugah, saya membaca seolah ada satu kekuatan spiritual yang tinggi dari mereka (para bintang tamu malam itu). Selalu ada kata ‘Tuhan, kebesaran Tuhan, bantuan Tuhan, puji Tuhan!’. Mungkin ini salah satu titik tertinggi dari eksistensi manusia atau kemanusiaan mereka, spiritualitas! Woooowww….wooowww….wowww!!! itulah reaksi saya, selain bahwa saya harus mengakui mata saya berkaca-kaca, emosi saya dipermainkan habis-habisan oleh pak Budi, dkk.


Atau cerita lain dari pak Daniel, yang sudah hidup mapan di Amerika, namun semua berubah pasca dia membaca sebuah buku ‘from Jerusalem to Papua’, bercerita tentang sejarah para misionaris menaklukan tanah Papua, menyebarkan kabar baik untuk sesama manusia. Wowww. Pilihan yang tak sulit baginya untuk langsung pulang ke Indonesia, berbuat hal besar buat Papua yang dikenalnya justru lewat buku. ‘Tuhanlah yang membawa saya kesini’, kilahnya. Dan gambar2 yang ditayangkan, sungguh berbicara banyak lebih dari sekedar omong doang.

Lebih dari sekedar omong doang, mungkin inilah yang harusnya menjadi pelajaran buat para pemimpin di negara kita. Tayangan ini mungkin harus menjadi tayangan wajib mereka. Karena apa yang digambarkan Kick Andy nyatanya jauh berbeda yang tergambar dari keseharian pemimpin kita. Lantas, saya jelas akan berkata, ‘wwwoooooowww, bobroooknyaa’. Atau ‘woooooww, rakusnya mereka…’.

Dan saya pun siap memasang cermin dalam setiap langkah saya: apakah saya sudah melakukan kebaikan seperti yang dilakukan pak Budi, Ibu Anne dan pak Daniel kepada sesama manusia disekitar saya? Memperlakukan orang lain sebagai orang, bukan binatang? Apakah saya….????


Jogja, 17 April 2010
foto: http://www.kickandy.com
dan dari Facebook pak Budi: http://www.facebook.com/home.php?#!/budi.soehardi?ref=mf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...