Selasa, 09 Desember 2008

Semalam Bersama Oprah, Obama, Jolie, Rachael dan Akon







(Entah mana awalnya, saya mungkin sedikit tertinggal, namun ini yang benar-benar terekam rapi di memori saya. Maafkan untuk cara bercerita saya, anggaplah ini sebuah catatan perjalanan alien yang tercerabut dalam usaha untuk rasional ala manusia atau terjebak dalam kemacetan lalu lintas dalam perawannya hutan Amazon yang lebat penuh bisa itu. Nikmati saja, jika sulit lepaskan, pilih yang lebih simple he-he..)
Ketertarikan saya akan sosok Rachael Ray adalah akan pembawaanya yang komunikatif di depan audiens tanpa sedikitpun tangannya berhenti mengolah bahan makanan di depannya. Ah, Rachael, Rachael, andai punya teman hidup sepertimu yang jago masak, cerdas lagi jago ngomong, wah pantas saja Time Magazine berani mendaulat beliau menjadi salah satu dari 100 orang yang paling berpengaruh di dunia. Saya ingat berapa tahun lalu sebelum melihat acaranya sendiri, saya sedikit tahu tentang Rachael dari sebuah majalah yang say abaca, lupa majalah apa, yang pasti entah mengapa bagi saya perempuan jago memasak itu ‘cantik’ melebihi hal yang berbau fisik, luar biasa deh si nona Amrik yang satu ini. Saya lantas tahu, dia tumbuh dari keluarga yang suka memasak, bapak-ibu, opa-oma, semuanya, sama seperti saya yang tumbuh dari ibu juga nenek yang super jago memasak. Soal rasa atau perasaan memang subjektif, sebagaimana cara penialian saya di atas tadi, so maklumkan saja he-he-he.
Rachael yang adalah gambaran wanita ulet Amerika, cerdas, komunikatif, ceplas-ceplos apa adanya, lagi jago memasak maka jadilah dia wanita istimewa dambaan saya tentunya. Sama istimewanya saya dan salah satu teman wanita saya (bukan teman hidup, ini beda he-he) yang secara kebetulan sama ngefansnya dengan sosok bernama Rachael Ray, si ratu talk show dunia Oprah Winfrey, Anjelina Jolie, R n B star Akon hingga mister Obama.
(Memori saya kemudian berlompat pada ‘ruang’ berbeda namun berkaitan dengan ‘ruang’ pertama tadi.)
Percayalah bahwa soal tokoh-tokoh tadi saya masih terbilang kalah jauh dari teman wanita saya tadi. Maksud saya teman saya ini jauh lebih mengenal mereka itu ketimbang saya, tahu apa makanan favorit Mr. Obama, apa nama anjingnya, alamat rumahnya ibu Rachael dan masakan favoritnya, Film terbaru Jolie, semua lirik lagu-lagu Akon (saya masih kurang fasih melafalkan lirik berbahasa inggris, maka jadilah lagu Right Now (nanana)-nya Akon baru bisa…e..eh..ehh..right now..na..na..na..na..itu saja he-he), atau yang lebih terkini apa yang dilakukan mereka hari ini, maklum saja si ‘ibu’ yang satu ini terbilang selalu online via internet every day, every time. Bahkan ketika Akon mampir ke Jakarta, teman wanita saya yang kebetulan anak Jakarte ini harus bolos kuliah (soal ini memang saya tak mau menirunya, cieh…) hanya untuk menontonnya.
Kalau saya, yakin deh 100% pasti tidak akan menontonnya, sekalipun Akonnya ke Jogja, yah tiketnya saja bisa buat makan setengah tahun kali yah he-he. Maka pada akhirnya hari-hari atau waktu bertemu kami adalah membahas all about Obama, Oprah, Rachael, dan Akon, bukan hanya yang remeh temeh lho, lebih dari itu soal Politik mereka, soal psikologi pribadinya masing-masing (mahasiswa psikologi wajib ‘mengimplementasikan’ ilmunya, cieeeehh!). Juga soal cara pandang mereka akan humanism, hak asasi manusia, isu-siu sosial, pendidikan, soal kemiskinan banyak deh. Mereka adalah orang-orang sukses yang dengan hati sudah membawa perubahan positif pada dunia, dengan cara mereka masing-masing, lewat hobi dan profesi mereka, lewat keselebritasan mereka.
Kembali lagi soal Rachael yang bersuara serak ini, mimpi saya kian dalam, mendamba ada Rachael di rumah saya, tepatnya di dapur saya, saya bisa membayangkan bersama Rachael, ada Jolie juga disana, Oprah, Obama dan Akon yang sibuk dengan piano (saya membayangkan rumah saya ada pianonya lho). Di dapur yang hangat dekat ruang keluarga saya membayangkan mereka jauh dari kondisi sekarang ini, kira-kira lima belas tahun mendatang ketika usia saya menginjak tiga puluh tujuh tahun, maka Obama sudah menjadi kakek berusia 62 tahun, Jolie mungkin masih menjadi tante yang seksi, ah bersama Akon kami masih ber na..na..na ria. Rachael? wah sudah bermacam-macam menu tersaji.
Sambil menunggu, saya larut dalam cerita nan hangat bersama Obama, soal keberhasilannya memimpin Amerika, soal aktifitas terkininya mengantar cucunya ke sekolah atau soal aktifitas kemanusiaanya di Indonesia. Oprah juga nimbrung bersama kami, sesekali menceritakan keberhasilan Angel Networknya di Afsel yang kini sudah merambah ke Asia, termasuk Indonesia, Timor Leste hingga Papua Nugini. Tampak disudut dekat piano, Akon sedang berduet dengan ‘tante seksi’ Jolie, lagunya ‘Lonely’. Ah, mungkin ini ada hubungannya dengan status Jolie yang kembali menjanda setelah bercerai dengan Brad Pitt. Dari ‘nenek cerdas’ Oprah saya mengetahui bahwa bersama Jolie mereka masih melakukan kegiatan amal untuk disumbangkan kepada pemerintah Indonesia dalam rangka merevitalisasi hutan yang hancur lebur akibat illegal loging.
Makan malam baru saja usai, diselingi cerita panjang lebar dan canda tiada habisnya. Saya begitu berbahagia, dikunjungi tamu-tamu istimewa, tokoh-tokoh favorit saya. Wine baru saja habis blas, dan jam dinding tampa sadar sudah bergerak jauh di bahwa angka tiga, yah jam tiga dini hari. Hatiku sontak terpukul oleh kerinduan akan kebersamaan panjang namun yang terasa seolah sekejap mata saja. Merekapun bersiap-siap untuk pulang.
Apa aku harus membatalkan kepualangan mereka saja dengan menawarkan untuk istirahat saja menunggu pagi datang. Paling tidak hati saya masih merasakan kedekatan itu beberapa saat sebelum semuanya benar-benar pergi, dah saya tersudut beku dalam kehampaan dan keriduan yang amat sangat. Ah, nyatanya mereka benar-benar harus pergi. Pesawat pribadi sudah menunggu di bandara.
(Jauh, jauh sekali yang kulihat adalah kesedihan. Kehilangan orang tersayang memang tak mengenakan yah. Perlahan enegri ini kian seret, namun hati selalu mendamba tak ada yang lenyap. Ah..)
Percayalah cerita ini harus berakhir, bahkan sulit untuk ditulis kembali karena pagi benar-benar datang. Semual mengagetkan, dan sedetik kemudian benar-benar melenyapkan ingatan panjang yang berbuih sebagai sebuah keanehan dan kelucuan sekaligus. Lantas apa yang terjadi kini?
Aku memang harus beranjak ke kamar mandi. membasuh butir-butir peluh masam di kening, tapi saya keburu ingat kata teman kecil dulu ‘jika habis bermimpi, jangan kau memegang rambutmua, karena lupa akan menderamu dasyat hingga otakmu benar-benar melompong kosong. Lantas sia-sia jua pasalnya cerita mimpimu sudah terserap ke dalam tanganmu. Sayangnya tangan tak punya otak, layaknya kepala yang bisa bercerita ulang isi mimpi yang diserapnya’.
Masalah besar buatku. Saya bahkan lupa apakah semenjak sadar dari tidur tadi sudah memeganng kepala atau belum, namun nyatanya saya belum mampu merunutkan kembali jalan mimpi saya tadi. Cobalah ingat…apakah ada Obama disini? Siapa perempuan yang masakannya sungguh mak nyus tadi? Adakah yang bermain piano? mana pianonya? Aha, apa ini mimpi?
Ini sudah pukul 08.30 WIB artinya setengah jam lagi saya harus ke kampus. Kuliah yang cukup membuat pusing, Tes Rhorscach. Buat Marchaku, tak sabar saya ingin membagi mimpi aneh nan gila ini (maaf juga kau tak ada tadi malam, pasti kau akan iri setengah mati, setengah hidup!). Saya yakin dikau akan tertawa tanpa putus untuk kebiasaan dan ukuran orang normal, ah apa kau manusia normal? Aku mandi tanpa menyentuh kepalaku dengan tanga, tanpa sisiran, tanpa Gatsby Water Gloss kuning. Saya rela melakukan hal gila ini dengan harapan kau bisa mendengar ceritaku ini secara utuh. Semoga.

Jauh.
Jauh.
Jauh.
Jauh hari kemudian, Jogja masih saja hujan. Perut masih keroncongan, namun tangan ini terus bermain dalam tombol-tombol laptop. Hampir 100% yakin bahwa seluruh isi mimpi gila sudah tercurah rapi dalam laptop ini. Karena sudah berulang-ulang cerita ini aku diskusikan dengan Marchaku, saya pastikan tak ada yang terlupakan. Meski aku sudah berani memegang rambutku, melumurinya denganGatsby WGku. Lha, sudah tersimpan di long term memory kok…
Masih berharap mimpi itu berbuah kenyataan, saya dan Marchaku bisa bertemu muka dengan tokoh-tokoh kebanggan hati kami. Hidup misteri, semisteri mimpi saya makan malam Natal bersama Oprah, Obama, Jolie, Rachael dan Akon. Teringat kata-kata Oprah ‘‘…dengan pemahaman yang benar atas penderitaan, membalasnya dengan kerja keras, bekerja penuh cinta, semua bisa kita raih. Ayo larilah bersama saya.’’
Tak ada salah dengan mimpi. Ayo bermimpilah, lantas berusaha keras membawa mimpi itu pada kenyataan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...