Minggu, 29 Januari 2012

Lelokasen, 20 Januari...




Eksis di perjalanan


Dipimpin bapatua yang masih bugar di usia 72

Giovanni 'peserta' termuda :)

 

Kamis 19 Januari 2012, om terkasih saya meninggal dunia. Bersama bapatua, mamatua, ipar, ponakan dan kakak saya, kami pergi ke rumah duka, kira-kira 5 km dari rumah saya di Kapan, tepatnya di kampung Lelokasen. Hanya dengan berjalan kaki saja kami pergi. Berikut ini foto-fotonya yang sempat saya abadikan dari datangnya kami hingga esoknya saat prosesi penguburan jenazah. Unik memang mengikuti tradisi upacara kematian di kalangan suku Dawan Timor. Meski sudah menganut agama Kristen dan kita sudah berada di abad secanggih ini, tapi tetap ada laku tertentu/ ritual adat yang masih setia dijalani, kearifal lokal yang lestari. Misalnya, tradisi mkae atau ratap tangis yang masih dilakukan  para wanita di sekitar jenazah dan akan menangis dan terus menangis setiap ada tamu yang datang melayat. Jangan kaget, sebab itu tradisinya. Mereka akan berganti-gantian duduk di sekitar jenazah, dan terus ‘menggugah’ siapapun yang datang melayat untuk ikut larut dalam kesedihan. Tradisi ini sempat ditulis om Dion DB Putra di blognya DISINI .
Ada juga tradisi lainnya, misalnya peti yang ditutup kain tenun ikat Timor, peti yang ditutup dan dipaku seorang atoin amaf, (atoin amaf itu saudara laki-laki dari ibu) dan tradisi dimana anak dan istri yang ditinggal diminta untuk  menyebrang/melewati kolong peti sebelum peti diarak ke liang lahat (supaya apa? Entah, saya juga belum dapatkan makna pastinya…). Selanjutnya, anak dan istri almarhum tidak di perbolehkan untuk menghantar jenazah ke pekuburan. Mereka hanya boleh keluar hingga depan pintu rumah saja.
Karena lokasi pekuburan yang jauh dari rumah, maka peti jenazah ditandu (menggunakan dua batang bambu)  oleh para pemuda kampung Lelokasen, sambil berjalan super cepaaat.


Selamat jalan, Jusuf Kamlasi...






membawa hantaran berupa beras, kopi, gula parsir, dll


  









 






                           
            

 
                                                      
Siap-siap ditandu

                          
Dihantar warga Lelokasen



 


 




Melewati kebun singkong

Tiba di lokasi pemakaman

Dilepaskan dari tandu

Peti jenazah diturunkan ke liang

Puji-pujian terakhir


Tabur bunga

        


rampe: daun pandan dan aneka bunga

makan siring pinang

ikutan makan sirih pinang
Gotong royong

Pulang
Link Terkait: SEBAB JALAN KE FATUBIAN JAUH

Taubneno SOE, Januari 2012
#Lomba10HariNgeblog Komunitas Blogger NTT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...