#Lomba10HariNgeblog
Pagi tadi secara tidak sengaja di bank nonton berita TV One
yang sedang meliput proyek pembuatan mobil Esemka yang kini sedang jadi buah
bibir gara-gara mobil itu dipakai oleh pak walikota Solo, Joko Widodo. Tapi kok ada yang aneh yah sama
si pewawancaranya, hm dalam hati ‘ ni orang kayaknya saya kenal, tapi siapa
yah’, kemudian di layar kaca muncul namanya, barulah saya memastikan diri, ‘Oh
Diaaaaazzz…’
Yah Diaz Kaslina,
mantan penyiar radio Swaragama FM Jogjakarta (radio yang menjadi tren di
kalangan mahasiswa Jogja) yang ternyata kini sudah jadi reporter di ‘TV merah’
itu. Terakhir di Jogja Diaz masih kuliah di Kimias UGM sambil jadi presenter di
TV Jogja.
Dulu waktu kuliah, radio Swaragama memang favorit saya.
Mereka itu punya penyiar-penyiar yang paling keren cara menyiarnya untuk ukuran
Jogja. Muda-muda, kebanyakan masih mahasiswa, tapi pengetahuannya luas, kocak
di radio, seru pokoknya. Saya tergolong penggemar yang cukup loyal, sering
request lagu (dan sering juga menang quiz, beberapa hadiah CD lagu original
masih saya simpan), sering datang ke acara off air Swaragama juga. Dari semua
penyiar, ada beberapa yang saya suka, misalnya duet maut Arie-Datie (Ardat),
mbak Rara Hestia (kini jadi Mrs. Kalesaran), mbak Yuke Chaniarko, mbak Vici
Vadeline (yang kini kuliah S2 di Amrik sambil bekerja di VOA Indonesia,
biasanya muncul di acara VOA Indonesia-Snapshot yang tayang di Metro TV). Dan
yang terakhir yah si Diaz Kaslina ini dengan acara andalahnya ‘Cinemania’ (100%
membahas seputar film). Mereka itu hebat, easy going (easy listening juga,
suaranya renyah ditelingaa), ramah sama pendengar, wawasannya luas dan
cereweeet. Ah penyiar memang harus begitu kan!?
Pernah suatu ketika mereka keluar dari Swaragama, wah
rasanya ada yang kurang. Mulai dari mas Ari, mbak Rara, mbak Vici, kemudian
Diaz, Yuke, terakhir mbak Datie. Emang sih setelah mereka, ada juga
penyiar-peyiar baru yang bagus (misalnya Taufik Ichsan atau Tika Yusuf). Tapi
beda, pertama kali datang Jogja sudah langsung klop sama mbak Rara, cs.
Gara-gara itu saya sempat nulis sebuah puisi di malam terakhir Diaz siaran,
judulnya ‘Suara Yang Kan Hilang’ (ada di antologi CERAH HATI terbitan IBC
Jogja), hahaha…mellow banget
yah? Hehe isinya yah cm sebuah ungkapan kehilangan seseorang yang selalu bikin
kita senyum sendiri di kamar kos, meski cuma dengar suaranya tok, tak melihat
wajahnya, hari ini pake baju apa, sisiran atau gak? Sudah mandi apa belum? duduknya
sopan apa ngangkang jugkir balik di studio? Semua hanya suara! Dan seru
mendengar penyiar favorit kita siaran sambil larut dan asyik sendiri dengan
imajinasi kita, mewujudkan gambar mental kita sendiri terkait apa yang sedang
ia bicarakan di ujung mic sana.
Mendengar radio sama dengan membaca buku tanpa gambar, yang
ada hanya tulisan atau suara, dan kita bebas menginterpretasi, bebas menggambar
di dalam mental/alam fikir kita sendiri. Sungguh proses mental yang 2x lebih
baik dari menonton TV! Sama halnya ketika Diaz pindah ke Jogja TV dan jadi
presenter music disana, kesannya jadi beda. Beda medium, beda kesan!
Sekarang mereka sudah naik kelas lagi, bekerja di tempat
yang lebih baik, semoga lebih sukses lagi. Diaz di TV One (dan sudah potong
rambuuuut hahaha tambah kece aja mbakaak…), mbak Vici sibuk kuliah dan
wara-wiri meliput di VOA Indonesia di belantara Washington sono. Entah kapan
bisa dengar mereka siaran lagi. Siaran radio, bukan televisi! Kangen…
Christian Dicky Senda: blogger, pernah menetap 6 tahun di
Jogja sekaligus adalah academia Jogja sejati (sebutan untuk pendengar setia
radio Swaragama FM jogja). Kini tinggal di kota SOE - Timor.
Mantap tulisannya Dicky...
BalasHapusJadi teringat dulu di Malang juga senang dngar radio. Tapi sayang radio swasta di NTT (Ende) gaungnya malah tidak kedengaran. Apalagi radio kampus. Semoga suatu hari nanti ada yang bisa menghidupkan radio kampus di Ende. Amin
hahahha...iya nih ceritanya rata2 sama yah klo pencinta radio itu...saya sukanya dengar radio bangun persiapan ke sekolah hingga di perjlanan...suka ketawa sendiri, suasana hari2 terasa berbeda. Sekarang pun masih senang dengar radio, cuma segmentasinya sudah berubah, mengikuti umur xixiixix
BalasHapusEddie: itu su bro...radio yg bikin komunitas dan mendekatkan pendengar setia dengan penyiar/kru2nya gimana gitu...jd kayak saudara, sering kita nongkorng di studio juga, diajak acara2 off air, seru...
BalasHapuskae Ilham: betul...seru kan klo hanya mendengar suaranya bukan fisiknya, kita bisa bebas aja berimajinasi terkait apa yg penyiar omongkan, itu uniknya radio...meski suaranya aja, tp rasanya gimana gitu...heheheh
Awww.. kangen juga nih siaran :)
BalasHapuswah makaih mbak Vici sudah ngomentarin tulisan saya...iya nih kangen denger mbak Rara, mbak vici dan diaz siaran lagi...
BalasHapus