Senin, 23 Januari 2012

Diaz Kaslina, Radio dan Nikmatnya Bikin Gambar Mental


#Lomba10HariNgeblog

Pagi tadi secara tidak sengaja di bank nonton berita TV One yang sedang meliput proyek pembuatan mobil Esemka yang kini sedang jadi buah bibir gara-gara mobil itu dipakai oleh pak walikota Solo,  Joko Widodo. Tapi kok ada yang aneh yah sama si pewawancaranya, hm dalam hati ‘ ni orang kayaknya saya kenal, tapi siapa yah’, kemudian di layar kaca muncul namanya, barulah saya memastikan diri, ‘Oh Diaaaaazzz…’
Yah  Diaz Kaslina, mantan penyiar radio Swaragama FM Jogjakarta (radio yang menjadi tren di kalangan mahasiswa Jogja) yang ternyata kini sudah jadi reporter di ‘TV merah’ itu. Terakhir di Jogja Diaz masih kuliah di Kimias UGM sambil jadi presenter di TV Jogja. 

Dulu waktu kuliah, radio Swaragama memang favorit saya. Mereka itu punya penyiar-penyiar yang paling keren cara menyiarnya untuk ukuran Jogja. Muda-muda, kebanyakan masih mahasiswa, tapi pengetahuannya luas, kocak di radio, seru pokoknya. Saya tergolong penggemar yang cukup loyal, sering request lagu (dan sering juga menang quiz, beberapa hadiah CD lagu original masih saya simpan), sering datang ke acara off air Swaragama juga. Dari semua penyiar, ada beberapa yang saya suka, misalnya duet maut Arie-Datie (Ardat), mbak Rara Hestia (kini jadi Mrs. Kalesaran), mbak Yuke Chaniarko, mbak Vici Vadeline (yang kini kuliah S2 di Amrik sambil bekerja di VOA Indonesia, biasanya muncul di acara VOA Indonesia-Snapshot yang tayang di Metro TV). Dan yang terakhir yah si Diaz Kaslina ini dengan acara andalahnya ‘Cinemania’ (100% membahas seputar film). Mereka itu hebat, easy going (easy listening juga, suaranya renyah ditelingaa), ramah sama pendengar, wawasannya luas dan cereweeet. Ah penyiar memang harus begitu kan!?

Pernah suatu ketika mereka keluar dari Swaragama, wah rasanya ada yang kurang. Mulai dari mas Ari, mbak Rara, mbak Vici, kemudian Diaz, Yuke, terakhir mbak Datie. Emang sih setelah mereka, ada juga penyiar-peyiar baru yang bagus (misalnya Taufik Ichsan atau Tika Yusuf). Tapi beda, pertama kali datang Jogja sudah langsung klop sama mbak Rara, cs. Gara-gara itu saya sempat nulis sebuah puisi di malam terakhir Diaz siaran, judulnya ‘Suara Yang Kan Hilang(ada di antologi CERAH HATI terbitan IBC Jogja), hahaha…mellow banget yah? Hehe isinya yah cm sebuah ungkapan kehilangan seseorang yang selalu bikin kita senyum sendiri di kamar kos, meski cuma dengar suaranya tok, tak melihat wajahnya, hari ini pake baju apa, sisiran atau gak? Sudah mandi apa belum? duduknya sopan apa ngangkang jugkir balik di studio? Semua hanya suara! Dan seru mendengar penyiar favorit kita siaran sambil larut dan asyik sendiri dengan imajinasi kita, mewujudkan gambar mental kita sendiri terkait apa yang sedang ia bicarakan di ujung mic sana. 

Mendengar radio sama dengan membaca buku tanpa gambar, yang ada hanya tulisan atau suara, dan kita bebas menginterpretasi, bebas menggambar di dalam mental/alam fikir kita sendiri. Sungguh proses mental yang 2x lebih baik dari menonton TV! Sama halnya ketika Diaz pindah ke Jogja TV dan jadi presenter music disana, kesannya jadi beda. Beda medium, beda kesan!

Sekarang mereka sudah naik kelas lagi, bekerja di tempat yang lebih baik, semoga lebih sukses lagi. Diaz di TV One (dan sudah potong rambuuuut hahaha tambah kece aja mbakaak…), mbak Vici sibuk kuliah dan wara-wiri meliput di VOA Indonesia di belantara Washington sono. Entah kapan bisa dengar mereka siaran lagi. Siaran radio, bukan televisi! Kangen…


Christian Dicky Senda: blogger, pernah menetap 6 tahun di Jogja sekaligus adalah academia Jogja sejati (sebutan untuk pendengar setia radio Swaragama FM jogja). Kini tinggal di kota SOE - Timor.

5 komentar:

  1. Mantap tulisannya Dicky...
    Jadi teringat dulu di Malang juga senang dngar radio. Tapi sayang radio swasta di NTT (Ende) gaungnya malah tidak kedengaran. Apalagi radio kampus. Semoga suatu hari nanti ada yang bisa menghidupkan radio kampus di Ende. Amin

    BalasHapus
  2. hahahha...iya nih ceritanya rata2 sama yah klo pencinta radio itu...saya sukanya dengar radio bangun persiapan ke sekolah hingga di perjlanan...suka ketawa sendiri, suasana hari2 terasa berbeda. Sekarang pun masih senang dengar radio, cuma segmentasinya sudah berubah, mengikuti umur xixiixix

    BalasHapus
  3. Eddie: itu su bro...radio yg bikin komunitas dan mendekatkan pendengar setia dengan penyiar/kru2nya gimana gitu...jd kayak saudara, sering kita nongkorng di studio juga, diajak acara2 off air, seru...
    kae Ilham: betul...seru kan klo hanya mendengar suaranya bukan fisiknya, kita bisa bebas aja berimajinasi terkait apa yg penyiar omongkan, itu uniknya radio...meski suaranya aja, tp rasanya gimana gitu...heheheh

    BalasHapus
  4. wah makaih mbak Vici sudah ngomentarin tulisan saya...iya nih kangen denger mbak Rara, mbak vici dan diaz siaran lagi...

    BalasHapus

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...