: untuk Prim Nakfatu
pada sebuah sore yang dingin
aku pulang
melewati liukan jalan yang
mengandung rindu
masa lalu,
kebisuan dan senyum mamatua,
ibu renta
yang sebagian napasnya
adalah angin dari
seantero lembah Mollo
sedikit tanjakan untuk
sampai ke Bolaplelo
kilometer dua belas, kata
lelaki tua bergigi merah
yang kutemui sedang
menggiring pulang sapi-sapinya
memecah sunyi dengan
bunyi tuk-tuk dari bambu
yang tergantung di leher
lembah di depan mata
tanjakan meliuk
menyisakan lukisan senja emas
di pundak gunung Mollo
berselimutkan gugusan
pinus bercampur ampupu
menghujam kulit-kulit
tanah berlapis marmer
dan tujuh rupa mata air
pada sore yang dingin
aku pulang
melewati tanjakan
menyusuri liukan sepi
seperti menempel
pada pagar-pagar
batu karang
yang setia rekat demi rumah
lusuh coklat tua
beratap ilalang
harum batang kosambi
melambai dengan asap
putih-putih
mejilati sepi dan angin
malam lima belas derajat
menghujam bintang
ini jalannya
saat pertama kali sang
penguasa wilayah pegunungan
itu datang
dari timur ia datang mencari
rupa tujuh mata air
meski akhirnya bukan saja
tujuh mata air ia kuasai
ia sendiri adalah ayam
jantan mematuk semua
semburat kuning di cakrawala
yang meneteskan darah di
persimpangan Netpala,
Laob, Fatumnutu sampai
puncak Mutis
jadi anak-anak pagi
yang menamakan dirinya
kuning
yang pandai berpantun dan
mengabarkan petuah
bahwa senja meraka selalu
kuning dan sore bisa
disebutkan dengan berbagai
nama
ahhh
jika saja aku punya kuasa
untuk memperlambat waktu
maka biarkanlah senja dan
kesunyian ini boleh
terlukiskan dengan perlahan
saja
sambil kupanggil terus
cerita nenek moyang
yang mengendap dalam darahku
keluar
agar pohon dan rerumputan
ikut bercerita
dan menyanyikan beruas-ruas
pantun
aku
bahkan menarikan Bonet dalam
ruang imaji
dengan bergandengan tangan
seribu bukit kapur
serupa payudara suku bangsa
Kenurawan dan Tkesnai
yang mengikat setia pada
gunung dan akar pohon
aku pulang
dari batu-batu jalanan sepi
menyeru –
mari pulang
jika kesana langkahku pulang
maka bergegaslah
ada jalan
yang akan disusuri adalah
lembaran cerita tentang
keperkasaan anak-anak
pagi yang manamai dirinya
kuning
ramah berkawan dengan
alam
seruan yang menusuk hati
Juni 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...