by Christian Dicky Senda
utuk gerakan MUDAers NTT MENULIS!
Aku bukan hujan malam ini. Aku hanya desiran angin yang mengabarkan titik-titik air kepada manusia yang berharap kedamaian saat mereka lelah. Hanya angin dengan titik air, bukan hujan malam ini. Aku hanya angin yang mengandung air berharap jatuh dipipimu tengah malam ini. Sesuatu yang kadang meninggalkan noda hitam dibawah bingkai matamu. Mungkin pula karena aku bening, dingin yang mudah mencerna noda meski aku bukan hujan yang berwarna abu-abu dipendar bohlam-bohlam raksasa jalanan. Seperti baju putih yang kotor penuh titik-titik hitam karena dibiarkan lembab tanpa ketidakpastian. Aku seperti angin yang berair, yang terbiasa menari tanpa kata-kata. Maksudku, aku menari seperti kata-kata yang berhembus bagai angin yang berair. Maksudku, aku hanya penari yang kata-katanya bagai angin yang berair. Aku bukan hujan malam ini melainkan angin yang mengabarkan titik-titik air dari malaikat kepada segala ruh yang bersemayam di hati, di dinding. Dalam tanah, dalam mulutmu, dalam jari-jarimu. ‘ruh selalu mengandung tatacara yang jujur’. Meski kadang kau lupa bagaimana caranya berbuat baik. Bagaimana ketidakjujuran membuatmu kerdil. Sungguh. Aku bukan hujam malam ini. Aku hanya angin yang mendesirkan partikel-partikel ruh, tanpa membuatmu mengelak seperti babi buta yang tak tahu bersyukur. Kau bahkan tak lebih sejati dari sebuah tembok yang terbiasa memendarkan ruh perlindungan dan ketentraman.
Wowa-wari, 27 Feberuari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...