untuk MUDAers NTT Menulis
Kau bukan saja pelamun payah, tapi sedikit gila karena mulutnya selalu komat-kamit. Adakah kau mengucap mantra agar air bah dari langit ini berhenti? Dan benar saja kau ini payah. Laku aneh yang mengundang geli sejoli di sampingmu saja tak kau ketahui. Dasar gila.
‘’aku mempunyai beberapa tanaman puring yang kutanam setahun lalu. Yang kusukai, tingginya kini bahkan melampaui tubuhku’’.
![]() |
sumber: asmarantika.blogspot.com |
Masih hujan. Dan aku masih ingin seperti bayi hangat dalam rahim ibuku. Itulah kenapa aku merasa nyaman jika tidur sambil meringkuk sehingga lutut benar-benar menyentuh dagu. Rasanya, aku ingin memuji Tuhan untuk mata yang masih sehat ini. Mata yang memudahkan aku melihat lalu menjadi pelamun gila. Aku ingin menjadi kawan hujan.
Kau gila. Tulis saja.
kutulis ini. dibawah hujan.
Hujan
Hujan adalah merasakan sepi berputar dalam buih-buih kopi di sudut kedai yang ramai
Hujan adalah ketika yang bercahaya adalah jalanan dan pohon-pohon kelapa
Hujan adalah merasa melayang di bawah kolong mobil-mobil tua yang terparkir rapi (yang tubuhnya terpapar air, seperti melenting dan memanggil diammu ikut berlari mencari hujan)
Karena hujan adalah merasa seperti payung berwarna pelangi yang mondar-mandir mencari pecahan dua ribuan rupiah. Merasa beruntung dan berutang pada hujan
Hujan adalah mengingat kembali kau dan aku pernah mengambil jarak antar tubuh tapi mata tak kuasa melilit rasa cemburu
Sehingga, hujan saat ini adalah berusaha untuk memejam dan membuka mata kembali, menerawang dan merasa dipermainkan situasi lantas kembali sadar semua orang mungkin melakukan hal yang sama: mencoba memaknai hujan di dalam ruang kepala masing-masing. Seperti berbunyi hujan dan lapar. Hujan dan keluarga. Hujan dan perselingkuhan. Hujan dan setumpuk tugas. Hujan dan keberuntungan. Hujan dan air mata. Hujan dan cahaya dan pohon kelapa bercahaya. Dan aku dan siapapun yang menunggunya reda.
Hujan adalah menunggunya reda dan memikirkan ulang pengertian hujan- yang selalu ingin dibaca mata dan hati….
***
Aku ingin menulis lagi: aku masuk angin gara-gara hujan…
Ahh…
Jogja, 25 Maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...