Kepada Mutis Matahari mengirimkan ruhnya
Yang mati terseret fatamorgana
Kepada Mutis, seluruh moyang pegunungan
Mempersembahkan belulang rahasia mereka
Yang mengendap di kolong-kolong tanah
Demi kekuatan baju hutannya
Sebab cendana telah mati kemarin pagi
Bersama hangusnya jari-jari gaharu
Oleh tangan-tangan berbisa
Sebab lidah para penutur telah kelu
Bersama menghilangnya rusa-rusa jantan
Di pinggiran ngarai kering
Jika dulu berceloteh sembarangan
akan diikat akar pohon ampupu
Atau yang masih kepala batu menoleh
Akan terasing dalam pusaran fikiran gagunya
Maka kini
Roh-roh halus kehilangan kaki tanganya
Angkuhnya pudar bersama angin kacau musim pancaroba
Ia bahkan tak sanggup mengirim kabar
Lewat anak petir cumulonimbus
Tentang kapan seharusnya anak-anak jagung
menelusup butiran tanah
dengan sempurna
kepada Mutis,
ruh matahari membangkitkan belulang
menjadikannya hidup bagi wajah gunung
menjadikan rohnya pelapis roh hutan
kepada Mutis
ruh belulang yang dibangkitkan Matahari
akan membangkitkan cendana gaharu
ngarai dan rusa-rusa penjaga
dari lidah-lidah penutur akan terucap
‘nakaf mese, ansaof mese…’*
Kepada Mutis
Jiwa-jiwa yang pernah menghirup napasnya
Memakan daging dan meminum airnya
Akan berpulang
* sekepala, sehati
cumulonimbus: merupakan kelompok awan vertikal cirinya massanya besar, hitam pekat, menjulang dari ketinggian rendah hingga sangat tinggi, rawan badai dan petir (Wikipedia, 2011)
Taubneno, Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...