Di peghujung 2011, duo sineas ternama Indonesia mampir ke
Atambua . Bersama kru kecilnya dari Miles Film, mereka datang untuk melakukan
semacam sebuah riset kecil, mendokumentasikan kehidupan masyarakat di
perbatasan RI-Timles. Waktu itu dari kicauan mereka di twitter, itu adalah
proyek indie terbaru mereka (proyek dengan misi sosial, bukan komesil), setelah dulu mereka bikin Kuldesak (yang
dicatat sejarah sebagai awal bangkit kembalinya perfilman Indonesia dari mati
surinya). Masih rahasia, kata mereka waktu itu.
Di awal 2012 ini, akhirnya proyek tersebut diumumkan lewat situs www.wujudkan.com (juga twitter @wujudkanID).
Sebuah gerakan baru yang bagi saya menarik, untuk mewujudkan sebuah film.
“Atambua 39° C –
adalah film yang akan menggunakan aktor lokal dan hampir sepenuhnya berbahasa
Tetun & Porto, bahasa asli orang Timor. Ini bukan film yang mudah untuk
saya presentasikan ke para investor bisnis, tapi kami merasa perlu memotret sepenggal
kehidupan di Timur Indonesia yang kerap terlupakan.”
Dalam proyek film Atambua 39° C, kru, skenario, juga
sebagian kecil dana (yang terkumpul) sudah disiapkan Mira dan Riri. Terkait
dana itulah, gerakan Wujudkan itu lahir, yakni memberikan kesempatan kepada
pihak manapun untuk bisa berpartisipasi mendonasikan uangnya untuk melengkapi
biaya produksi dan proses pasca produksi (di website tertera minimal donasil
Rp. 10.000,00) dan tentunya pihak donatur akan mendapatkan rewards atau
kontraprestasinya.
Misi yang menarik dan patut untuk kita dukung, terutama
pemerintah setempat (pemprop NTT juga pemda Belu).
Info lebih lengkapnya:
www.wujudkan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...