di sebuah negeri Entah
orang-orang ramai berteriak keras di TV dan surat kabar:
Kami muak
Kami benci ketidakadilan hidup
Kami resah dengan korupsi yang tak usai,
Kami marah dengan ketidakpastian penegakan hukum
Kami sedih dengan kebohongan berlapis kebohongan
Maka kami maki saja mereka
Teriaki saja mereka: hei politikus jahanam. Selesai.
Ada tertulis,
‘tikus yang rakus tetaplah menjadi tikus kotor atau bisa menjadi babi gemuk yang rakus dan tambun lagi egois’
Mikirin koalisi sampai larut, jangan mikirin perut rakyat. Mikirin dinasti berjaya hingga tujuh turunan, lupakan pertanian rakyat
Sayangnya, di negeri yang makin Entah berantah ini , kami masih tetap dipimpin politisi tikus yang kotor dan gemuk seperti babi rakus lagi egois. Berseragam atau tidak sama saja. Ups, cuma segelintir sih. Tapi toh mereka itu orang-orang penting. Petinggi atau yang tertinggi, katanya…
Sayangnya, pemimpin kami sukanya bimbang mengatasi krisis.
Ada yang punya banyak bintang di dada tapi nyalinya suka ciut melulu, bahkan hanya mampu untuk merangkum sejumlah notasi jadi balada pelipur lara: bahwa aku sukanya abu-abu dan bikin album
Aku sulit memilih A atau B. memutuskan anggur atau apel. Kataku seperti berangkai antara ya atau tidak, yah samar-sama sajalah….
Di televisi, orang-orang berteriak:
‘jika bimbang melulu, ceritanya mungkin akan seperti seseorang yang kebingungan menentukan jenis kelaimnnya pria atau wanita.
Meski sejatinya kau bukan tergolong tikus atau babi, mungkin saja di antara persimpangan kebingungan antara pria atau wanita….terlalu kasar memang!
Negeri Entah, 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...