Kami baru saja melewatkan waktu bercengkrama di momen Natal yang hangat ketika ada telepon masuk ke hape kakak saya. ada seorang pasien menelpon dan meminta sesegera mungkin kakak saya ke puskesmas karena ada yang akan melahirkan. Kakak saya lantas menyudahi obrolannya dan meninggalkan kami.
***
Kakak saya seorang bidan desa yang bertugas di puskesmas kecamatan Fatumnasi, kira-kira 20-an kilometer dari rumah kami di Kapan (ibu kota kecamatan Mollo Utara, kecamatan tetangganya Fatumnasi). Menurut Mama, hal seperti ini sudah biasa terjadi. Meski bertugas di Fatumnasi, kakak saya sering pulang ke rumah di Kapan. Jika harus menginap di rumah dinas yang ada di Fatumnasi, paling-paling dua atau tiga malah saja. Apalagi ketiga anaknya tinggal dan bersekolah di Kapan.
***
Sejak dulu, saya selalu bangga dengan kakak saya ini. Dia hanya tamatan Sekolah Pendidikan Keperawatan (SPK) setingkat SMA, lantas langsung diangkat jadi PNS dan ditugaskan jadi bidan di desa-desa di pedalaman Timor. Di usia belianya, kakak saya sudah mandiri dan berani bekerja sendiri di lokasi-lokasi yang jauh di pedalaman kabupaten Timor Tengah Selatan. Di wilayah-wilayah Amanatun, yang mungkin hanya bisa anda lihat dan tahu informasinya dari iklan Aqua ‘sumber air su dekat’, nah di daerah sanalah tepatnya. Dan itu sudah berlangsung sejak tahun 1990an awal. Bayangkan betapa susahnya mengakses air bersih disana, sudah bisa digambarkan situasi kesehatan masyarakat sana. Belum lagi soal akses listrik, transportasi dan penyediaan bahan makanan. Apalagi fakta bahwa didaerah Amanatun waktu itu tingkat kriminalitasnya sangat tinggi. Ada fenomena ‘teku’ yang terjadi, karena kondisi perekonomian yang sulit makanya ada sekelompok orang yang kemudian memilih menjadi ‘teku’ atau perampok yang gak segan-segan juga membunuh korbannya lantas menjarah habis harta korbannya. Kondisi yang rentan untuk ukuran kakak saya yang seorang wanita belia. Tapi toh nyatanya hingga sepuluh tahun lebih dia bertugas disana, semuanya baik-baik saja. ini karena bersedia bertugas dengan niat yang tulus dan tanpa pamrih. Banyak masyarakat akhirnya menerima dia dengan baik sekali.
***
Ketika kini, berpindah tugas ke tanah Mollo, yang notabene bagian lain yang serupa dengan pedalaman-pedalaman lain di daerah Amanatun. Kondisi yang sama sering juga menghampirinya, namun karena pengalamannya selama ini, rasanya hal-hal tersebut bisa dengan enteng dilaluinya. Termasuk dengan cerita diatas atau misalnya sore-sore, saat situasi sedang hujan, kakak saya harus menembus pekatnya kabut Fatumnasi (kira-kira 1100 mdpl, pastinya sangt dingin, brrrr!) dengan ojek pula untuk melayani pasien yang sudah menunggu di puskesmas. Entah karena ada yang ingin melahirkan atau sakit.
***
Kakak saya bercerita, karena angka kematian ibu dan bayi di kabupaten Timor Tengah Selatan meningkat, makanya kini ada peraturan baru bahwa setiap ibu hamil wajib kontrol bulanan, wajib ikut posyandu, wajin pula melahirkan di puskesmas. Artinya selalu ada pengawasan, pendataan dan kontrol dari tenaga medis. Jika ngeyel, sewaktu-waktu si ibu hamil akan dijemput ambulans. Nah, lho. Memang seharusnya begitu. Budaya yang kuat kadang membuat para ibu memilih melahirkan di rumah, dengan pertolongan seadanya dan dengan berbagai macam resiko pula. Saya bangga dengan perhatian pemerintah, tapi lebih bangga lagi dengan tanggungjawab akan tugas yang diemban dari kakak saya dan teman-temannya, perawat dan bidan desa yang selalu setia setiap saat. Mengingat kondisinya tentu jauh berbeda dengan teman-teman sejawatnya di kota. Sama-sama menolong orang melahirkan tapi dalam prosesnya, tentu yang di desa punya banyak cerita dan pengalaman yang gak bisa juga disepelekan.
Ahh, semoga dengan ini, angka kematian bayi dan ibu di TTS menurun dan benar-benar nihil, seiring dengan keterbukaan persepsi dan cara pandang masyarakat Timor itu sendiri terhadap pentingnya kesehatan dan keselamatan manusia.
Tentunya, akan selalu dan semakin banyak lagi telepon atau SMS atau bahkan ojek jemputan karena ada yang benar-benar membutuhkan bantuan kakak saya dan teman-temannya di puskesmas. Seperti juga pagi ini, kakak saya datang tergesa-gesa menitipkan kunci rumahnya ke mama saya. Katanya, ‘beta titip kunci ko anak-anak dong pulang sekolah baru datang ambil, te ibu dokter su SMS pagi-pagi, dia su deng ojek dari SoE pi Fatumnasi. Beta ju mo pi cari ojek ko menyusul. Hari ini hari pasar Fatumnasi, pasti pasien su banyak mengantri dan yang masuk cuma kami berdua, teman-teman yang lain su minta ijin gak masuk…’ kilahnya dengan tergesa-gesa.
***
Okelah, selamat jalan, titi dj, hati-hati di jalan. Tuhan memberaktimu dan semua pelayanan tulusmu bagi masyarakat Fatumnasi…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...