Lama gak nonton, eh nyatanya acara ini sudah berubah judul, dari Primitive Runaway jadi Ethnic Runaway. Oh, oke. Saya sih menduga makin sedikit suku-suku di Indonesia yg bisa digolongkan sebagai primitive. Saya kira ini pilihan jujur dan realistis, tanpa merubah misi acara ini sendiri. Serunya lagi, untuk kesekian kali saya melihat acara ini selalu dan selalu menayangkan suku-suku dari Nusa Tenggara Timur. Ini yang membuat saya tertarik untuk menonton. Yah, karena bagi saya sendiri yang orang NTT, banyak suku sendiri yg belum saya ketahui saking banyaknya etnis suku, bahasa dan tradisi di wilayah NTT. Dan saya harus mengakui, terlepas dari format acara yg ditampilkan, durasi dan tampilan teknisnya, saya bangga jadi orang NTT!
Nyatanya bukan saya saja yang suka nonton acara ini. Saudara sepupu saya di Magelang, yang notabene jauh dari NTT, juga suka acara ini. Kata mbak Tati salah satu kerabat dekat nenek saya bilang ke saya, ‘Seru yah keragaman budaya di daerahmu. Meski sama-sama dari NTT tapi kok bisa beda yah tampilan budaya, bahasa, dan tradisi dr setiap sukunya. Wuih, jadi pengen kesana..’ lanjutnya.
Begitulah Flobamora (Flores, Sumba, Timor, Alor), sepertinya gak pernah habis buat dikupas.
NTT dan Wisata Khusus yang ‘ethnic’
Saya ingat beberapa hari lalu, membaca sebuah majalah pariwisata ibukota yang memuat sebuah liputan khusus terkait perkembangan pariwisata di Bali dan Nusa Tenggara (yang dulu dikenal sebagai gugusan Sunda Kecil). Bahwa kini setelah Bali, NTB dan NTT diprediksi kuat menjadi 2 destinasi yang menjanjikan kini dan kedepannya. Jika dilihat dari berbagai aspek, misalnya jumlah wisatawan yang berkunjung, jumlah hotel dan akses menuju berbagai lokai wisata. Jika NTB kini menjadi lokasi penting untuk wisata bahari sekaligus penyedia jasa konfresi/rapat perusahaan, dsb yang makin baik, maka NTT dikatakan menjadi tujuan wisata khusus, unik dan lebih menantang, jika dikaitkan dengan keanekaragaman suku dan tradisi budaya lokal berikut kekayaan alamnya. Dan masuknya TN Komodo menjadi salah satu finalis 7 keajaiban alam dunia, menjadi salah satu indikator penting meningkatnya angka destinasi di wilayah NTT, terutama Labuan Bajo. Majalah tersebut lantas mereview beberapa hotel menarik dan yang berkelas bintang 4 diantaranya yang ada di kota Labuan Bajo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...