Tanggal 25 Juli 2011, siang, saya menumpang pesawat Sriwijaya Air dari Surabaya tujuan Kupang. pertama kali saya menumpang maskapai ini. Pelayanannya bagus untuk ukuran tiket ekonomi pula domestik. Nampak pula keseriusan mereka terkait pemberian informasi ‘keselamatan penerbangan’ apalah itu istilahnya hehe. Para pramugari dan pramugara dengan sangat komunikatif menjelaskan ke penumpang yang duduknya persis di samping pintu darurat hingga yang lebih lengkap saat pesawat akan tinggal landas (dengan peragaan langsung maupun beberapa kali diulang via ‘pengeras suara’). Poin-poin penting yang memang harusnya disampaikan demikian. Yang membuat saya berpikir, kayaknya kurang saya dapatkan di beberapa maskapai lain. Oke artinya ini bagus. Mereka cukup konsen dengan topik keselamatan selama penerbangan. Salah satunya yang mungkin paling sering disampaikan, tapi juga gak boleh disepelekan begitu saja. artinya jangan coba-coba anda berpikir bahwa itu info gak penting.
Mungkin anda akan konsen dan selalu menganggap poin ‘mematikan HP’ selama penerbangan adalah KEHARUSAN, KEMUTLAKAN, sesuatu yang gak bisa ditawar-tawar lagi. Jika sudah begitu, baiknya sebelum diingatkan via speaker pun kita sudah nyadar duluan untuk patuh. Tapi nyatanya berkali-kali datang dan pergi, dari dan ke Kupang, persoalan ini kok masih disepelekan oleh beberapa penumpang. Ini yang selalu bikin saya tiba-tiba meradang dan hanya mampu mengumpat di dalam hati, “adoooh, ini orang goblok, tolol atau dungu sih?!”. Biasanya begitu. Tapi saat beberapa menit roda pesawat akan menyentuh landasan pacu El Tari airport Kupang eh dibelakang saya sudah kedengaran dering hape Nokia yang baru diaktifkan! (saya punya hape nokia dan tahu betul dering dari sebuah hape dari non aktif ke aktif). Heloooww….roda belom nyentuh landasan lho! Sontak saya gak mengumpat dalam hati lagi tapi langsung cap cus ngomong keras, “adoooh, sonde sabar pengen mati ko apa nih?”. Agak kencang suara saya. gondok! Dan penumpang disekeliling saya pada memperhatikan saya. Entah ngerti maksud saya atau tidak.
Plis deh. Dalam hati saya berkilah, “Susah yah orang-orang ini. Entah mau diomongin pake bahasa apa biar ngerti?”. Bayangkan lho, pesawat belum sempurna mendarat, menyentuh landasan saja belum! Mungkin bahasa Indonesia dan Inggris gak ngerti? Atau harus ada fasilitas bahasa Kupang sekalian biar paham?! Ini akhirnya juga bisa jadi cermin bagaimana orang belajar untuk respek, taat dan patuh terhadap aturan main, kesepakatan. Hidup gak bisa seenaknya sendiri, perlu menghargai orang lain juga. Memikirkan keselamatan dan kenyamanan orang lain juga gak kalah pentingnya. Mungkin ini hal kecil, tapi bagi saya ini gak bisa ditoleril lagi.
Saya lan tas berpikir, adalah ini berkaitan dengan tingkat pendidikan? Jika melihat setiap tahun hasil evaluasi pendidikan secara nasional, propinsi tercinta kita ini selalu paling ekor? Jelas ini jadi masalah kita bersama. Sekali lagi, kalo hal-hal kecil seperti ini saja kita tidak becus, gimana dengan hal-hal besar? Atauran-aturan yang lebih membutuhkan rasa tanggungjawab yang lebih besar, apa kabar yah?
Oh, God!
Kupang, 7 Juli 2011
suka...suka...btul tu ky...
BalasHapusklo bta sih bukan bilang "goblok, tolol" lai...b lebih memilih "kampooooongggg niiii!!!" wkwkwkwkwkwkw....
hahaha...Kakak saya pernah mengalami hal serupa Maumere-Denpasar, ada penumpang yang bandel tidak menanggapi teguran dari pramugari dan penumpang lain untuk mematikan handphonenya, 7 menit setelah pesawat mengudara dia masih foto2 pake kamera hp. Mungkin dia tidak mengerti bahasa Indonesia, tuli, ato memang tidak peduli. Karena kesal dan kuatir, Kk saya pun menghampiri kursi penumpang tersebut dan menatap tajam ke orangnya seperti hendak memukul, rupanya orang ini sadar, karena kemudian dia mematikan hpnya dengan muka berengut, sepertinya dia baru pertama kali naik pesawat jadi moment itu dimanfaatkan untuk bernarsis ria, hihihi. Sepertinya orang kita lebih suka dikerasin, diomong baik2 gak mau. cape dehhhh
BalasHapusSangat memalukan jika terjadi kecelakaan akibat kebodohan. cape dehhhh
hadoooh itulah ina-ina dorang...sudah bekali-kali saya terbang dr kupang-sub atau sebalilknya selalu saja problem ini yg saya alami, respek thdp aturan main di pesawat sungguh sangat rendah, padahal sudah diperagakan, diumumkan berkali2 sampai ada instruksi tertulis yg biasanya diselipkan di jok kursi kan? atau saya yg berlebihan merespon kali yah? hehehhe saya selalu gondok dengan hal2 kecil spt ini...ckckckkc
BalasHapus